Mukibat petani desa Ngadiluwih Kediri, Jawa Timur yang berhasil meng-okulasi ( penyambungan ), batang ketela pohon biasa ( singkong ) dengan ketela pohon karet. Bukan dengan batang karet sepeti yang. Penyambungan dilakukan dengan singkong biasa sebagai batang bawah, sementara batang atasnya adalah singkong karet.
Singkong Mukibat bukan hasil dari benih perkawinan silang tapi hasil dari okulasi atau penyambungan antar batang. Yang disebut kawin silang adalah perbanyakan secara generatif, yakni menyatukan polen (tepung sari, sel jantan) dari satu spesies atau varietas tanaman dengan kepala putik (sel betina) dari spesies atau varietas tanaman lain yang masih satu keluarga. Misalnya jeruk bali yang disilangkan dengan jeruk keprok yang sama-sama keluarga Citrus, tapi lain spesies, telah menghasilkan spesies baru: jeruk manis atau sweet orange. Jagung berondong, Zea mays everta, merupakan hasil kawin silang antara beberapa varietas/kultivar Zea mays.
Singkong atau ketela pohon ( Manihot esculenta ) adalah tanaman umbi-umbian berasal dari Amerika Latin, Singkong biasa tumbuh antara 1,5 sd. 3 m. maka singkong karet bisa mencapai tinggi 10 m. Daun singkong karet lebar dan lebat, sehingga memudahkan terjadinya foto sintesis. Tapi singkong karet tidak menghasilkan umbi, hanya akarnya saja yang berbentuk menggebung. Fakta bahwa singkong karet bisa berfotosintesis lebih besar dari sigkong biasa, membuat Pak Mukibat tertarik untuk melakukan Okulasi.
Pak Mukibat menyambung singkong biasa dengan singkong karet, menggunakan teknik penempelan mata tunas. Kulit yang ada mata tunasnya, dipotong segi empat dengan ukuran sama pada batang singkong biasa maupun batang singkong karetnya. Tunas pada singkong biasa dibuang, sementara tunas pada singkong karet ditempelkan pada batang singkong biasa, yang sudah dibuang mata tunasnya.
Setelah tertempel dengan posisi yang pas, mata tempel itu diikat erat dengan belahan kantung plastik bening yang ditarik hingga menjadi tali yang transparan, kuat tetapi lembut. Ikatan ini harus cukup erat, dan menutup seluruh sambungan kulit batang singkong biasa dengan singkong karet. Biasanya, dalam jangka waktu 1 sd. 2 minggu, tunas singkong karet itu akan segera tumbuh. Saat itulah sudah waktunya untuk ditanam. Penanaman idealnya pada saat musin penghujan.
Biasanya para petani menanam singkong lebih banyak untuk diambil patinya, daripada unutk dikonsumsi. Untuk keperluan inilah banyak para petani, memilih melakukan penyambungan singkong racun (bitter cassava). Singkong racun berbatang cukup besar, dengan warna kulit batang, daun, tangkai daun, dan pucuk tanaman berwarna hijau gelap (hijau tua). Jenis ini hasil singkong dan kandunganpatinya tinggi. Tapi karena kandungan HCN nya tinggi maka singkong ini tidak dapat dimakan, karena rasanya pahit dan memabukan kalau dimakan. Namun kandungan HCN nya akan hilang kalau dibuat gaplek ( dikeringkan ) atau diambil patinya.
Hasil produksi dan jarak tanam.
Satu tanaman singkong biasa akan menghasilkan 1,5 kg umbi. jarak tanamnya cukup rapat yakni 0,5 X 1 mtr, dengan populasi 20.000 tanaman per hektar.Tiap hektar akan menghasilkan sampai 30 ton umbi segar. Pada singkong mukibat, hasil per individu tanaman bisa 10 kg, dengan jarak tanam itu menjadi 1 X 1,5 m. atau pupulasi 6.600 tanaman per hektar.umbi atau per hektarnya mencapai 66 ton umbi.
Untuk menghasilkan singkong Mukibat yang bisa dimakan, maka okulasi batang singkong bagian bawa harus dengan jenis singkong biasa yang dapat dikonsumsi, sedang batang atasnya memakai singkong karet. Dengan demikian akan menghasilkan singkong mukibat yang bisa dikonsumsi dengan kualitas dan jumlah besar dari biasa.
Batang singkong mukibat hasil okulasi tadi bisa dijadikan bibit lagi, tetapi hanya sampai pada tahun ke tiga saja, karena pada tahun ketiga diameter batang singkong Mukibat akan berbentuk besar. Sebaiknya setealh tahun ketiga pada proses menanam singkon mukibat harus melakukan proses penyambungan baru.
S ampai sekarang singkong mukibat yang merupakan stek okulasi dari singkong biasa sebagai batang bawah dan singkong karet (bukan batang karet) di bagian atasnya, tetap memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan. Sebab dengan pengolahan lahan yang sama, dengan pupuk yang sama, singkong mukibat mampu menghasilkan umbi dengan bobot dua kali lipat dibanding singkong biasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar